TRIBUNNEWS/DANY PERMANA
Kapten
timnas U-19 Indonesia Evan Dimas (kanan) saat berlatih bersama untuk
persiapan pertandingan melawan Filipina di Lapangan C PSSI, Senayan,
Jakarta, Rabu (9/10/2013).
Pada dua turnamen terakhir, Piala AFF U-19 dan kualifikasi Piala Asia U-19, fisik Evan Dimas dan kawan-kawan seperti tidak berkurang. Daya jelajah Maldini, Hargianto, dan pemain di semua sektor ibarat tanpa batas.
Mereka bergerak mendatangi setiap sisi lapangan dengan stamina prima dan menjegal bola yang direbut pemain lawan. Pergerakan timnas U-19 di lapangan itu melepas jargon Indonesia selalu kedodoran ketika masuk babak kedua.
Di balik ketahanan fisik para pemain timnas U-19 itu, rupanya ada pelatih fisik yang secara khusus ditunjuk pelatih Indra Sjafri untuk mempersiapkan skuadnya.
Dialah Nursaelan Santoso, pelatih fisik timnas U19, yang memegang peran penting tersebut.
Nursaelan mengaku tidak ada ilmu khusus yang berbeda dengan pelatih fisik lainnya. Namun, ia punya kiat mendongkrak kinerja fisik asuhannya.
"Saya hanya memegang prinsip latihan fisik harus menyenangkan. Latihan fisik identik dengan stamina terkuras karena terus digenjot. Sebelum masuk ke fase itu, saya menanamkan di benak pemain jika latihan yang akan dijalankan menyenangkan. Sesekali ada pendekatan personal," kata Nursaelan.
Selain latihan menyenangkan, Nursaelan mencoba menumbuhkan kesadaran pada diri masing-masing pemain untuk terus menantang diri sendiri agar selalu berkembang. Ia tak ingin latihan fisik menjadi beban, tetapi justru jadi sesuatu yang menantang.
Ia mencontohkan, ketika Indonesia kalah 1-2 dari Vietnam pada penyisihan grup B Piala AFF, dengan kesadaran sendiri, justru pemain yang meminta maaf.
"Beberapa pemain bilang ke kami, 'Maafkan kami, harusnya kami bisa lebih baik'. Di pikiran mereka, sudah tidak ada lagi itu istilah latihan fisik berat, tapi mereka berusaha memaksimalkan kelebihan yang dimiliki seperti kecepatan," ungkap Nursaelan.
Namun, Nursaelan mengakui lebih mudah melatih para pemain muda. Dalam kariernya, Nursaelan pernah menjadi pelatih fisik Persita Tangerang tahun 2005 yang di dalamnya ada sejumlah pemain seperti Zaenal Arif, Ilham Jayakesuma, dan Supriyono.
"Mungkin karena masih muda, relatif bisa diatur. Mereka disiplin dan mudah diingatkan," ungkap Nursaelan yang juga dosen kepelatihan sepak bola 1 dan 2 di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta.
Sumber : Kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar