Republik Chile mengimpor smoke warhead (hulu ledak asap/latih)
kaliber 70 mm dari CV. Sari Bahari Malang sebanyak 260 buah. Hulu-hulu
ledak ini akan digunakan militer Chile dalam latihan perang.
Ekspor ini merupakan ekspor perdana CV. Sari Bahari ke Chile, jika nantinya Chile merasa cocok maka mereka akan memesan lebih banyak lagi, diungkapkan oleh Ricky Hendri Egam, Direktur CV. Sari Bahari, di Malang, Jawa Timur, Sabtu, 23 Maret 2013. Recananya, hulu-hulu ledak ini akan dikirim esok hari, Senin, 25 Maret 2013. Hulu ledak ini ini hanya mengeluarkan asap saat meledak, jadi hanya khusus untuk latihan.
Chile ternyata tertarik pada hulu ledak ini setelah melihatnya saat pameran Indo Defence Expo 2012 lalu. CV. Sari Bahari kemudian mengirimkan contoh dan spesifikasi roket yang 70% komponennya dibuat di Indonesia ini kepada Chile. Soal harga dan akurasi tembakan, roket ini bersaing dengan produk dari negara-negara lain, Ricky menambahkan.
Tidak hanya Chile, ada juga lima negara lain yang juga berminat dan saat ini tengah menjajaki pembelian roket/hulu ledak sejenis. Untuk dalam negeri sendiri, roket yang memiliki jangkauan 8 km (bisa lebih, tergantung motor yang digunakan) ini juga digunakan oleh TNI dari tiga matra. Tepatnya sudah 3000 buah roket yang dipesan Kemenhan sejak tahun 2000. Modus peluncuran roket ini pun bervariasi, tidak hanya diluncurkan dari darat, namun bisa juga diluncurkan dari laut dan udara.
Hulu ledak 70mm |
Selain memproduksi roket latih 70 mm, CV. Sari Bahari juga memproduksi
roket jenis Fin Folding Aerial Rocket (FFAR) yang hulu ledaknya sudah
sesuai dengan standar NATO. FFAR diproduksi dengan bekerjasama dengan
sebuah BUMN yang bergerak di bidang bahan eksplosive yaitu PT Dahana.
Produksi selongsong FFAR dilakuakn di CV. Sari Bahari dan pengisian
bahan peledak dilakukan oleh PT Dahana di Subang, Jawa Barat. Oleh TNI,
khususnya TNI AU, FFAR ini digunakan sebagai amunisi Super Tucano dan kaliber 80 mm digunakan untuk Sukhoi.
Riset roket ini bekerjasama dengan Dinas Penelitian dan Pengembangan (Dislitbang) TNI AU yang dimulai pada tahun 2005 silam. Pada 30 Desember 2005, CV. Sari Bahari akhirnya mendapatkan sertifikat kelayakan untuk memproduksi roket ini dari Direktorat Jenderal Sarana Pertahanan Markas Besar TNI AU.
Masih ada lagi, bom P25 juga merupakan hasil produksi CV. Sari Bahari. Dua versi yang dibuat yaitu untuk latih dan yang berhulu ledak sesungguhnya. Bom yang diproduksi sejak dua tahun lalu ini biasa diaplikasikan pada pesawat tempur standar NATO seperti F-15, F-5 dan Hawk. Tidak ketinggalan untuk Sukhoi, CV. Sari Bahari juga "memasanginya" dengan bom P100 yang setara dengan bom buatan Rusia, OFAB 100-125. Saat ini, perusahaan ini tengah mengembangkan prototipe bom yang lebih dahsyat yaitu P250 dan P500. Targetnya CV. Sari Bahari akan membuat bom pintar.
CV. Sari Bahari yang berbengkel di Jalan Muharto 125 Malang ini setidaknya mempekerjakan 80 orang karyawan. Perusahaan ini sendiri berdiri pada 1993 yang saat itu "misi" pertamanya adalah memasok suku cadang dan mesin ke sejumlah industri strategis di Indonesia, termasuk PT. Pindad. Baru pada tahun 2000, mereka akhirnya bisa memproduksi roket dan bom.
Riset roket ini bekerjasama dengan Dinas Penelitian dan Pengembangan (Dislitbang) TNI AU yang dimulai pada tahun 2005 silam. Pada 30 Desember 2005, CV. Sari Bahari akhirnya mendapatkan sertifikat kelayakan untuk memproduksi roket ini dari Direktorat Jenderal Sarana Pertahanan Markas Besar TNI AU.
Masih ada lagi, bom P25 juga merupakan hasil produksi CV. Sari Bahari. Dua versi yang dibuat yaitu untuk latih dan yang berhulu ledak sesungguhnya. Bom yang diproduksi sejak dua tahun lalu ini biasa diaplikasikan pada pesawat tempur standar NATO seperti F-15, F-5 dan Hawk. Tidak ketinggalan untuk Sukhoi, CV. Sari Bahari juga "memasanginya" dengan bom P100 yang setara dengan bom buatan Rusia, OFAB 100-125. Saat ini, perusahaan ini tengah mengembangkan prototipe bom yang lebih dahsyat yaitu P250 dan P500. Targetnya CV. Sari Bahari akan membuat bom pintar.
CV. Sari Bahari yang berbengkel di Jalan Muharto 125 Malang ini setidaknya mempekerjakan 80 orang karyawan. Perusahaan ini sendiri berdiri pada 1993 yang saat itu "misi" pertamanya adalah memasok suku cadang dan mesin ke sejumlah industri strategis di Indonesia, termasuk PT. Pindad. Baru pada tahun 2000, mereka akhirnya bisa memproduksi roket dan bom.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar